BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Kemajuan ilmu dan teknologi di segala bidang dalam kehidupan ini membawa dampak yang sangatnsignifikan terhadap peningkatan kualitas hidup, status kesehatan, umur harapan hidup dan bertambahnya usia lanjut yang melebihi perkiraan statistik. Kondisi tersebut akan merubah komposisi dari kasus-kasus penyakit infeksi yang tadinya menempati urutan pertama sekarang bergeser pada penyakit-penyakit degeneratif dan metabolik yang menempati urutan pertama. Kasus degeneratif yang diderita oleh kaum pria yang menempati urutan tersering adalah kasus Benigna Prostat Hipertrofi (BPH) karena kasus ini menyebabkan tidak lancarnya saluran perkemihan (Smeltser, 2002).
B. Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan komunikasi pada keluarga Ny. S dengan masalah utama gangguan eliminasi buang air kecil/ BAK?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a.
Untuk memenuhi
tugas Praktik Klinik Keperawatan 1 di rumah sakit RSUD Sunan Kalijaga Demak
2.
Tujuan khusus
a.
Mahasiswa mampu mengetahui cara pemasangan kateter yang benar
b.
Mahasiswa mampu
mengetahui fungsi dari pemasangan kateter
D. Manfaat
-
Manfaat untuk istitusi
ü Memenuhi
tugas Praktik Klinik Keperawatan 1
di rumah sakit RSUD Sunan Kalijaga Demak
-
Manfaat untuk tenaga
kesehatan
ü Sebagai
pedoman pembelajaran dalam pemasangan kateter
-
Manfaat untuk
masyarakat
ü Memberi pengetahuan terhadap masyarakat tentang
kegunaan dari pemasangan pemasangan kateter
E. Metodelogi
Dalam penulisan makalah ini metode penulisan yang kami gunakan adalah:
Dalam penulisan makalah ini metode penulisan yang kami gunakan adalah:
1. Metode
penyusunan
a. Kepustakaan
Yaitu dengan menggunakan
sumber buku-buku yang berhubungan dengan materi yang kami buat untuk bahan dasr
tinjauan teori.
b. Media
Yaitu menggunakan media
elektronik dengan mencari dari berbagai situs yang terkait melalui internet.
c. Studi
lapangan
Yaitu memberikan asuhan
keperawatan secara nyata dilapangan untuk memperoleh gambaran sebenarnya
tentang perkembangan suatu subyek melalui proses keperawatan.
2. Tehnik
pengumpulan data
Dalam pengumpulan data
dipakai tehnik sebagai berikut
a. Observasi
b. Wawancara
c. Pemeriksaan
Fisik
d. Studi
dokumentasi
e. Studi
Kepustakaan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Kateter adalah pipa untuk memasukkan
atau mengeluarkan cairan. Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik,
metal, woven silk dan silikon Kandung kemih adalah sebuah kantong
yang berfungsi untuk menampung air seni yang berubah-ubah jumlahnya yang
dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal.
Kateterisasi kandung kemih adalah
dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan
air seni atau urine.
B. Anantomi fisiologi system
perkemihan ( urinaria )
A.
Pengertian Sistem Urinaria
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :
1. GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a. Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
1. Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
2. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal:
1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
c. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :
1. Tes untuk protein albumin
Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam urine.
2. Mengukur konsentrasi urenum darah
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal (20 – 40) mg%.
3. Tes konsentrasi
Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat jenisnya naik.
d. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
3. VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
C. Urine (Air Kemih)
1. Sifat – sifat air kemih
- Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
- Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
- Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
- Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
- Baerat jenis 1.015 – 1.020.
- Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
2. Komposisi air kemih
- Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
- Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
- Pigmen (bilirubin, urobilin)
- Toksin
- Hormon
3. Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
4. Tahap – tahap Pembentukan Urine
a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
4. Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.
Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
5. Ciri – ciri Urine Normal
Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.
C.
Etiologi
a .
Inkontinensia
b .
Disuria
c .
Stres
inkontinensia
d .
Inkontinensia
noktural
e .
Gangguan
nutrisi
D. Tanda dan gejala
a)
Tanda
o
Perubahan
warna urine
Misal :
-
Kuning
-
Merah
-
Coklat
berawan
o
Disuria
(biasanya 12- 21 hari)
o
Poliuria
(2-6)
b)
Gejala
o
Perubahan
pola berkemih
o
Peningkatan
frekuensi
o
Poliuria
(kegagalan dini)
o
Penurunan
frekuensi/ oliguria fase akhir
o
Disuria
ragu-ragu, dorongan dan retensi (inflamasi, obstruksi, infeksi).
E. Pemeriksaan penunjang
a.
Tes laboratorium ( darah
dan urine)
b. Rongent
dan USG
F.
Kemungkinan
komplikasi
a.
Gagal
jantung kongesif
b.
Pendarahan
gastro intestinal atas
c.
Gagal
ginjal
G. Penatalaksanaan
a.
Mepertahankan
fungsi ginjal yang adekuat
b.
Mempertahankan
homeostatis
c.
Mempertahankan
dalam pengeluaran cairan
d.
Memahami
progam pengobatan
H. Faktor yang
berhubungan
a. Retensi urine (penumpukan urine dalam kandung kemih)
b. Inkontinensia (ketidakmampuan otot sphincter eksterna)
I. Fokus
pengkajian
a. Pola BAK
sebelum memulai makanan internal
b. Pola BAk sesudah : jumlah sifat dan konsentrasi
J. Fokus
intervensi
§ Retensi urine b/d
o
Ketidak
mampuan kandung kemih untuk berkosentrasi secara adekuat
o
Abstraksi
mekanik
Di tandai
o
Ketidak
mampuan mengosongkan kandung kemih
o
Distraksi
kandung kemih
o
Frekuensi
kurang
Intervensi
o
Observasi
pasien untuk berkemih 2-4 jam bila tiba-tiba dirasakan.
o
Awasi,
catat jumlah tiap kemih (volume kemih).
o
Awasi
TTV dengan ketat.
Daftar Pustaka
Syarifuddin, (1992), Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC.
Gambar proses pembentukan urine, (2008), www.geoogle.com
Syarifuddin, (1992), Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC.
Gambar proses pembentukan urine, (2008), www.geoogle.com
BAB III
TINJAUAN
KASUS
Pengkajian
dilakukan
Hari : senin
Tanggal : 9 juli 2012
Jam
: 10.00 wib
Ruang : mawar
A. Data
Subyektif
1.
Identitas Pasien
a. Suku
Bangsa :
Jawa,Indonesia
b. Nama : Ny. S
c. Umur : 62 tahun
d. Jenis : Perempuan
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : Tamat SD/Sederajat
g. Pekerjaan :
Swasta
h. Alamat : Ngawen RT 001 RW 002 Wedung, Demak
i.
Tanggal masuk : 14 Juli 2012
j.
No. Regestrasi : 017046
k. Diagnosa
medis : Suspensi Stroke Hemorage
Nama
Penanggumg
Jawab
a. Nama : Tn.A
b. Umur : 42 th
c. Jenis
kelamin : laki-laki
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : wiraswasta
f. Alamat : ngawen ½ ngawen, wedung, demak
g. Status :
ibu kandung
2. Keluhan
utama
Orang
tua pasien mengatakan batuk, sesak nafas, pucat, tidak bisa BAK, susah makan
3.
Riwayat penyakit
sekarang
a. Riwayat
kesehatan yang lalu
Pada
tanggal 14 juli 2012 keluarga pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan
ibunya batuk, sesak nafas, pucat, tidak bisa BAK, susah makan. yang belum teratasi. Kemudian pihak keluarga
membawanya ke RSUD sunan kali jaga demak langsung ke ruang IGD kemudian pindah
keruang mawar untuk mendapakan penanganan lebih lanjut.
b.
Riwayat
kesehatan sekarang
Pasien
mengatakan Kembung pada abdomen, kaki bengkak ±2 minggu,pasian kurang tahu
penyakitnya itu dan susah BAK kemudian pasien dibawa keluarganya ke-RSU.sunan
kalijaga demak, di
tempatkan diruang seroja dan mendapatkan perawatan di seroja.
c.
Riwayat
kesehatan keluarga
Orang
tua atau keluarga pasien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit seperti
yang di derita pasien dan keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular
seperti Diabetus Militus, Hipertensi, dan HIV/AIDS
4.
Keadaan psikologis dan emosional
Keluarga
pasien mengatakan dengan keadaan pasian masih batuk, sesak nafas, pucat, tidak bisa BAK dan susah
makan. Keluarga merasa sedih dengan keadaan pasien yang sedang sakit.
5.
Keadaan social
ekonomi
Keluarga
pasien mengatakan kehidupannya sederhana dan hubungan keluarga dengan
lingkungan sekitar atau tetangga baik.
6.
Data spiritual
Keluarga
pasien mengatakan pada saat di rumah beribadah sholat, dan pada saat di rumah
sakit tidak bisa beribadah sholat, hanya bisa berdoa di atas tempat tidur.
7. Pola kebutuhan sehari-hari
a.
Pola nutrisi
i.
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dengan porsi
sedikit tetapi
habis, minum 1500 cc/hari.
ii.
Selama sakit : pasien diberi susu oleh pihak instalasi
gizi
b.
Pola eliminasi
i.
Sebelum sakit : pasien BAB 3x sehari dengan konsistensi
lembek, warna kuning, BAK 5x sehari 500
cc/hari dengan warna kuning, bau khas.
ii.
Selama sakit : pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi
cair, BAK 5x sehari 500 cc/hari dengan
warna kuning, bau khas.
c.
Pola aktivitas
i.
Sebelum sakit : pada saat di rumah pasien bermain dengan
tetangga
sekitarnya
ii.
Selama sakit : pasien tidak bisa bermain seperti
biasanya
karena sedang
sakit
d.
Pola istirahat
i.
Sebelum sakit : pasien tidur 11 jam, tidur siang 1 jam
dengan lelap
dan tidak terganggu
ii.
Selama sakit : pasien tidur 7 jam, tidak bisa tidur
siang
karena
terganggu dengan keadaan rumah
sakit
e.
Pola seksual
i.
Sebelum sakit : pasien berjenis kelamin perempuan, dari 2
bersaudara
ii.
Selama sakit : pasien berjenis kelamin perempuan, dari
2
bersaudara
f.
Personal hygiene
i.
Sebelum sakit : pasien mandi 3x sehari dan pasien selalu
berganti
pakaian setiap kali pasien selesai
mandi dengan bantuan ibunya
ii.
Selama sakit : pasien mandi 3x sehari dan pasien
selalu
berganti
pakaian setiap kali pasien selesai mandi dengan bantuan ibunya
B.
Data Obyektif
1. Keadaan Umum : lemah
2. Kesadaran :
composmenthis
3. Tinggi badan :
cm
4. Berat badan :
kg
5. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : mm/Hg
b) Nadi : x/menit
c) Suhu :
d) Respirasi :
x/menit
6.
Pemeriksaan
fisik
a.
Kepala
Inspeksi :
distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
b.
Mata
Inspeksi :
anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris.
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
c.
Hidung
Inspeksi : bentuk
simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
d.
Telinga
Inspeksi : bentuk
simetris, tidak ada pengeluaran
Palpasi :
tidak ada lesi dan pembengkakan
e.
Mulut
Inspeksi : bentuk
simetris, sianosis ( - ), kering.
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
f.
Leher
Inspeksi : bentuk
simetris, pembengkakan vena jugularis (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g.
Toraks
Inspeksi :
bentuk simetris tidak ada lesi warna sama dengan sekitarnya
Palpasi :
Pergerakan dinding dada sama
Perkusi : Bunyi
paru resonan
Alkultasi :
Bunyi paru vesikuler
h.
Abdomen
Inspeksi : ada
penonjolan pada daerah supra pubik terpasang selang drainase di sebalah kanan
abdomen
Akultasi : bising
usus 16x/ menit,
Palpasi :
ada nyeri tekan pada supra pubik
Perkusi : tympani
i.
Genetalia
Inspeksi :
terpasang kateter spool blasé
Palpasi :
adanya nyeri tekan
j.
Ekstremitas Atas
Inspeksi :
simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang Infus RL 20 tpm.
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
i.
Ekstremitas
Bawah
Inspeksi :
simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
7.
Pemeriksaan penunjang
ü Pemeriksaan Laboratorium
Parameter
|
Hasil
|
Satuan
|
Harga Normal
|
Hematologi
|
|||
Hemogloblin
|
10,2
|
g%
|
L 13-16 P 12- 15
|
Lekosit
|
13600
|
/uL
|
L 4,5-5,5 P 4-5
|
Laju endap darah
|
|||
½ jam
|
-
|
mm/J
|
L < 14 P < 20
|
1 jam
|
31
|
mm/J
|
|
2 jam
|
60
|
mm/J
|
|
Hematokrit
|
30
|
L 40-48 P 37-43
|
|
Trombosit
|
346. 000
|
/uL
|
150000-4000000
|
Hitung Jenis Lekosit
|
|||
Eosinofil
|
-
|
||
Basofil
|
-
|
||
n. batang
|
-
|
||
n. segmen
|
81
|
||
limposit
|
18
|
||
monosit
|
1
|
||
Lain-lain
|
-
|
||
Kimia Darah
|
|||
Gula Darah Sewaktu
|
284,0
|
||
Cholesterol
|
203,0
|
mg %
|
L 220
|
Trigiserida
|
125,0
|
mg %
|
>150
|
Asam Urat
|
6,9
|
mg %
|
3,0 – 7,0
|
Natrium
|
141,9
|
U/I
|
135 – 155
|
Kalium
|
3,52
|
mmol/I
|
3,5 – 5,5
|
Calsium
|
9,23
|
mg/dl
|
8,1 – 10,4
|
Mg
|
2,2
|
mg/dl
|
HN 1,6 – 3,0
|
Cl
|
108,9
|
mmol/I
|
HN 95 – 108
|
1. TERAPI YANG TELAH DI
BERIKAN
1.
Tanggal 14 Juli
2012
a.
Injeksi:
1)
Piracetam 3x3 gr
2)
Chiticolin 2x250
gr
3)
Asam Tranexsamat
6x1 gr
b.
Per Oral
1)
B1, B6, B12 3x1
tablet
c.
Infus RL 20 tpm
2.
DIIT MAKANAN
MELALUI SELANG NGT
1.
Tanggal 14 Juli
2012
a.
Jam 24.00 susu
formula 200 cc
b.
Jam 04.00 susu
formula 200 cc
ANALISA DATA
Nama : Ny.S Dx.Masuk: sruck himoroid
Umur: 14 bulan No.Reg : 017046
No
|
Hari/tanggal
|
Data Fokus
|
Etiologi
|
Problem
|
TTD
|
1.
2.
|
Senin,
14 Juli 2012
Selasa,
15 juli 2012 |
Ds= - ps.
Menyatakan susah BAK
Do= - oedem
pada kaki kanan
Ds = -
pasien tidak tahu tentang penyakitnya dan
penyebabnya.
Do= - pasien
tampak takut Pasien
tampak cemas
|
Kembung
pada abdomen (perut)
Bengkak
kaki kanan
Kurang
informasi
|
Retensi
urine
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny.S Dx.Masuk: sruck himoroid
Umur: 62 th No.Reg
: 0147046
No
|
Hari/tanggal
|
Diagnosa keperawatan
|
Tanggal teratasi
|
TTD
|
1.
2.
|
Senin,
14 Juli2012
Selasa,
15 juli 2012
|
-
Tidak
bisa BAK b/d ketidak mampuan vesika urine untuk mengosongkan urine
sepenuhnya.
-
Kurang
pengetahuan b/d kurangnya sumber informasi.
|
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny.S Dx.Masuk: sruck
himoroid
Umur: 62 th No.Reg
: 017046
No
|
Hari/tanggal
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
TTD
|
1.
2.
|
Senin,
14 juli 2012
Selasa,
15 juli 2012 |
Setelah
dilakukan keperawatan 1x24jam gangguan eliminasi BAK bisa teratasi dengan KH
=
-
Eliminasi
BAK lancar
-
Kaki
bengkak berkurang
-
Output cairan normal
-
Perut
kembung berkurang
Setelah
dilakukan tindakan 1x24jam diharapkan klien tahu tentang kondisi penyakit
dengan
KH =
-
Pasien
paham dengan penyakitnya
-
Pasien
paham dengan prosedur pengobatanya
-
Pasien
tidak bertanya-tanya lagi.
|
-Monitor
tanda-tanda vital.
-Monitor
intake dan output cairan.
-Berikan
anjuran untuk minum air putih yang banyak.
-Anjurkan
pasien untuk berkemih 2-4 jam bila tiba-tiba dirasakan.
-Berikan
posisi yang nyaman.
-Berikan
penjelasan tentang pentignya BAK.
-Ajarkan
klien untuk beraktivitas.
-Istirahat
dengan posisi semi flower
|
-
Untuk
mengetahui keadaan pasien.
-
Untuk
menyeimbangkan cairan di dalam tubuh pasien.
-
Untuk
memperlancar BAK.
-
Untuk
mengosongkan kandung kemih.
-
Mengurangi
rasa nyeri.
-
Memberikan
dasar pengetahuan.
-
Pasien
bergerak dengan nyaman.
-
Pasien
merasa nyaman.
|
CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Ny.S Dx.Masuk:
sruck himorargi
Umur: 62 th No.Reg
: 017046
No
|
Jam/tgl/hari
|
Tindakan
|
Respon Hasil
|
TTD
|
1.
|
Senin,
14 juli 2012
Jam 07.00
08.00
11.00
12.00
13.00
13.30
14.00
Selasa,06
juli 2010
Jam 07.00
09.00
11.00
|
- Memonitor
TTV
- Memonitor
cairan
-Memberi
inj. Rantin 1 Amp
- Mengganti
cairan infus baru
- memberi
inj.NB 1 amp
- memberi posisi yang nyaman
-memberikan
penjelasan pentingnya BAK
- Mendorong
pasien untuk beraktivitas sesuai dengan kemampuan
-
mengajarkan klien untuk istirahat dengan posisi semi fowler
- memonitor
TTV
- memonitor
cairan infus
-
memonitor TTV
|
TD
=140/80mmhg
N=68x/menit
RR=20x/menit
S=36,60C
-
Pasien
merasa sedikit nyeri pada vena
-
Pasien
tampak nyaman
-
Pasien
ada respon
-
Pasien
dapat bergerak dengan nyaman
-
Pasien
merasa nyaman
-TD
=120/80mmHg
N=66x/menit
RR=20x/menit
S=36,60C
-TD
=120/80mmHg
N=66x/menit
RR=20x/menit
S=36,60C
|
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny.S Dx.Masuk:
sruck himorargi
Umur: 62 th No.Reg
: 017046
No
|
Hari/tanggal
|
Evaluasi
|
TTD
|
1
|
21 Juni 2012
|
S = pasien mengatakan sudah lancar BAK
O = - bengkak kaki berkurang
-
Kembung
abdomen berkurang
A: masalah
teratasi sebagian
P: lanjutkan
intervensi 1, 2, 3, 4
|
0 komentar:
Posting Komentar