skip to main |
skip to sidebar
MUSKOLETAL PADA MASA NIFAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa yang akan dialami oleh seorang wanita setelah dia
mengalami serangkaian masa yaitu masa kehamilan sampai dengan masa
persalinan. Masa nifas dimulai beberapa jam setelah plasenta lahir atau
dapat diartikan sebagai masa setelah kelahiran hasil konsepsi atau masa
pulih kembali yang lamanya 6-8 minggu tergantung pada kondisi
masing-masing individu.
Dari masa kehamilan, persalinan dan nifas tentunya akan mengalami
perbedaan dan perubahan fisiologis pada sistem-sistem yang terjadi di
dalamnya, salah satunya adalah perubahan fisiologis masa nifas pada
system musculoskeletal. Mengingat adanya perubahan itulah maka penyusun
membuat makalah yang membahas tentang perubahan fisiologis masa nifas
pada sistem musculoskeletal.
B. Tujuan
1. Mengetahui perubahan fisiologis masa nifas pada sistem muskuloskeletal
2. Mengetahui sistem muskuloskeletal pada masa nifas.
3. Mengetahui gejala sistem muskuloskeletal yang terjadi pada ibu post partum
C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang perubahan fisiologis masa nifas
2. Menambah kepustakaan akademi
3. Memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan III ( Nifas )
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengantar Materi
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan
semakin bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup: peningkatan
berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan
mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum sistem muskuloskeletal
akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera
setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat
involusi uteri.
B. Adaptasi Sistem Muskuloskeletal Masa Nifas
Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi:
1. Dinding perut dan peritonium
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari
otot-otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di
garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.
2. Kulit abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat
kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan
latihan post natal.
3. Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding
abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus
rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum,
aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu
menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.
4. Perubahan Ligamen
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
5. Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat
menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis
antara lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat
bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis
dapat dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu
atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap.
C. Gejala Sistem Muskuloskeletal
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara lain:
1. Nyeri punggung bawah.
a. Etiologi
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering
terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem
muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.
b. Penanganan
Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk
pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan
punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting
diberikan.
Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan,
namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien.
2. Sakit kepala dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan
migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan
ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang
jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum.
3. Nyeri pelvis posterior.
a. Etiologi
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area
sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan
disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka
pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan
tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha
posterior.
b. Penanganan
Pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk
mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat
maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu
rasa nyeri.
4. Disfungsi simpisis pubis
a. Etiologi
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis
pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi
simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan
memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini tidak
menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis
yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang
dapat mrmpengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi
simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang
hebat.
b. Penanganan
Tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan
bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang
tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap;
pemberian bantuan yang sesuai.
5. Diastasis rekti
a. Etiologi
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm
pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh
hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding
abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli
hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu,
juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga
ibu dan anak mengalami diastasis.
b. Penanganan
Melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot
rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area
xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis
dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi
telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up;
mengatur ulang kegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian oleh
ahli fisioterapi selama diperlukan.
6. Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini
ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya
hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau menyusui
bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk. .
7. Disfungsi rongga panggul
Disfungsi dasar panggul, meliputi :
a. Inkontinensia urin
Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari.
Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum
adalah inkontinensia stres .
Terapi : selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenai dan
dianjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasar panggul dan
transversus sesering mungkin, memfiksasi otot ini serta otot transversus
selam melakukan aktivitas yang berat. Selama masa pasca natal, ibu
harus dianjurkan untuk mempraktikan latihan dasar panggul dan
transversus segera setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita
gejala ini disarankan untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang akan
mengkaji keefektifan otot dasar panggul dan memberi saran tentang
program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.
b. Inkontinensia alvi
Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya sfingter
anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar panggul selama
persalinan (Snooks et al, 1985).
Penanganan : rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus
c. Prolaps
Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat
menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis.
Prolaps uterus adalah penurunan uterus. Sistokel adalah prolaps kandung
kemih dalam vagina, sedangkan rektokel adalah prolaps rektum kedalam
vagina (Thakar & Stanton, 2002).
Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain:
merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah (saat berdiri), nyeri punggung
dan sensasi tarikan yang kuat.
Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan
semakin bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup: peningkatan
berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan
mobilitas.
Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi: Dinding
perut dan peritonium, Kulit abdomen, Striae, Perubahan Ligamen dan
Simpisis pubis.
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca
partum antara lain: Nyeri punggung bawah, Sakit kepala dan nyeri leher,
Nyeri pelvis posterior, Disfungsi simpisis pubis, Diastasis rekti,
Osteoporosis akibat kehamilan dan Disfungsi rongga panggul.
B. Saran
Bagi pembaca semoga makalah ini bisa bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai acuan untuk penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Anisah, N., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
0 komentar:
Posting Komentar